Sinopsis Jodha Akbar episode 224. Maham masuk kedalam sebuah kamar gelap yang hanyL di terangi cahaya obor. Ia duduk di lantai dan mengangkat bungkusan yang seperti gedongan bayi. Dia membangunkan bayi itu dan menyuruhnya makan sesuatu. Karena tak mungkin dia tak mau makan selamanya. lalu sambil tersenyum-senyum menyerigai, Maham mengoda bayi itu dan berkata, "...kau harus menajwab pertanyaanku. Aku telah menunggu lama. Aku bisa menunggu lebih lama lagi tapi aku harus mendapatkan apa yang aku inginkan. Kau mengerti..." Maham kembali menyerigai. Lalu si bayi menangis.
Di Amer, jalal sedang duduk di tepi tempat tidur bertelanjang dada, hanya terbalut perban. Dia meminum susu badam yang di siapkan pelayan, tapi matanya melirik Jodha yang duduk tak jauh di depannya sedang menumbuk ramuan obat. Dalam hati Jalal berkata, "Aku tahu Ratu Jodha peduli padaku dan aku juga tahu kenapa dia tak siap dekat denganku. Tapi aku keras kepala seperti dia. Aku akan sukses membujuknya untuk memaafkan aku." Ramuan yang di buat Jodha telah jadi. Dia memanggil pelayan dan memintanya untuk mengoleskannya di luka Jalal. Pelayan menghampiri Jalal dan menyampaikan padanya apa yang di katakan Jodha. Jalal berkata, "siapa yang menyiapkan ramuan ini? Aku tidak membutuhkannya." Dari tempatnya Jodha menyahut, "tabib mengatakan kau membutuhkannya." Jalal memyuruh pelayan meletakkan ramuan itu di meja. Jodha mendengarnya, dan menyuruh semua pelayan keluar. Jodha mengambil piring ramuan dan menghampiri jalal sambil berkata kalau ramuan itu penting bagi kesembuhan lukanya. Jalal menjawab, "baiklah, kau bisa pakaikan." Jodha mengangguk dan memanggil pelayan. Jalal berka a dalam hati, "aku pikir dia sendiri yang akan memakaikan obat itu, tapi dia......" Pelayan datang, Jodha menyuruhnya mengoleskan obat itu pada luka Jalal. Jalal mengangkat tanganya mencegah sambil berkata, "ini tak perlu, aku bisa obati lukaku sendiri." jalal lalu mengambil piring obat dari tangan pelayan. Jodha memberi isyarat agar pelayan pergi. Jalal dengan susah payah berusaha mengoleskan obat pada lukanya. Melihat itu, Jodha tak tega juga. Akhirnya dia turun tangan membantu Jalal mengoleskan obat di lukanya, tapi sebelum itu, Jodha menyuruh jalal menoleh kearah lain. Jalal menurut, dia menoleh ke kiri sedangkan Jodha duduk di sebelah kananya. ~sinopsijodhaakbar.blogspot.com~
Jalal tak melewatkan kesempatan itu, dia berkata, "jika kau masih marah padaku.." Jodha dengan cepat mengatakan kalau Jalal butuh istirahat dan menyuruhnya tidur setelah ini. Jalal berkata sampai kapan Jodha akan marah padanya? Jika Jodha tidak memaafkan dirinya, dia tidak akan dapat istirahat. Tanpa sadar Jalal menoleh kearah Jodha. Jodha segera menyuruhnya menoleh ke arah lain dan berkata, "beberapa luka telalu dalam untuk di sembuhkan." Jalal menyahut, "kalau obat sudah di oleskan, maka pelan-pelan tapi pasti akan sembuh dengan sendirinya. AKu telah menelan kehormatanku dan datang kesini untuk meminta maafmu. Aku tak bisa beristirahat sampai aku menemukanmu. Tapi kau bahkan tak siap untuk melihat wajahku." Jodha berkata, "aku sudah mengolekan obat di lukamu, kau akan segera sembuh. Aku pergi." Jodha bergegas berdiri hendak meninggalkan Jalal, tapi jalal dengan cepat turut berdiri untuk menahan langkah Jodha. Lukanya kemali terasa sakit, Jalal mengaduh. Dengan cepat Jodha berbalik dan memegang pundak jalal. Mata mereka bersirobok, keduanya saling menatap dengan berjuta perasaan yang tidak bisa di ungkapkan. Jodha melepaskan pegangannya, tapi tubuh Jalal hampir sedikit tertekuk menahan sakit. Jodha segera membantunya berdiri tegak lagi. Dengan penuh perhatian, Jodha membantu Jalal berjalan ke sisi tempat tidur, membantunya berbaring lalu menyelimuti tubuhnya. Jodha mengambil bantal yang tidak terpakai. Dia berjalan ke sisi lain tempat tidur dan membagi dua rajang dengan menggunakan bantal sebagai pembatasnya Setelah itu dia duduk di sisi tempat tidur dan melepas seluruh perhiasan di tubuhnya. Melihat itu Jalal berpikir, "Ratu Jodha aku tahu kau sangat keras kepala, tapi kekuatan cintaku akan meluruhkan kekerasan hatimu. Terima kasih karena telah menjagaku." Merasa di tatap jalal seperti itu, Jodha segera menarik tirai yang menjadi pembatas diantara mereka dan berbaring di sisi Jalal.
Sinopsis Jodha Akbar episode 224. Di agra, Ruq tersenyum sendiri melihat malam yang indah. Dia berpikir untuk mengajak Jalal berjalan-jalan di luar. Tapi kemudian dia teringat kalau Jalal tidak ada di sitana. Ruq bertanya-tanya kapan Jalal kembali, apakah dia tidak merindukan dirinya? tanpa Jalal istana terasa sunyi. Dia tak punya teman untuk bicara yang ada hanya pelayan dan maham angga. Ruq lalu pergi menemui Salima. Salima bertanya, "apa yang membawamu kesini, ratu Ruqaiya?" Ruq menjawab kalau tak ada hal penting, "aku merasa bosan sepanjang hari sendirian, karena itu aku kemari." Salima heran, bagaimana mungkin Ruq merasa begitu, biasanya dia di sibukan oleh masalah harem dan tidak punya banyak waktu. Ruq memberitahu Salima kalau dirinya sangat merindukan Jalal. Salima meminta Ruq agar jangan kuatir, jalal akan segera kembali bersama ratu Jodha. Salima berkata, "perasaan Jodha terluka. Dia takkan memaafkan Yang mulia dengan mudah." Ruq berkata, "kenyataanya, aku....aku sudah berpikir.." Salima berdiri menyentuh tangan Ruq dan berkata, 'aku senang bahwa kau datang menemuiku. Kau jarang sekali datang kemari." Ruq dengan sedikit bingung tanpa sebab berkata, "kupikir, aku akan pergi sekarang. Kau pasti lelah dan mau tidur." Salima menahannya dan mengatakan kalu dirinya tidak menggantuk. Tapi Ruq memaksa untuk pergi dan menyuruh Salima istirahat, dia juga tak ingin menganggu rahim yang sedang tidur. Salima tak bisa berkata apa-apa lagi, karena Ruq memaksa untuk pergi.
Jalal sedang tidur lelap. Tiba-tiba dia terbangun dan melihat Jodha berdiri di depannya. Tubuhnya membungkuk mendekati Jalal. Jalal menatapnya dengan heran dan sedikit canggung. Pelan-pelan tapi pasti wajah Jodha semakin dekat ke wajah Jalal. Jalal berteriak menegurnya, "Ratu Jodha, apa kau..." Jodha dengan cepat menyambar sesuatu di samping kepala Jalal dan membantingnya ke lantai. Melihat itu, Jalal terbelalak tak percaya. Dia masih sempat melihat bagaimana ular itu hampir melingkari tanggan Jodha. Jalal menatap Jodha dan ular secara bergantian. Jodha dengan nafas memburu manatap ular itu dan tanpa sengaja terpandang Jalal yang menatapnya dengan ekspresi tak percaya. Jodha kemudian kembali ke tempat tidur. Jalal masih mengawasinya. Jodha dengan pura-pura kesal berkata, "aku hanya menyelamatkan hidupmu, kenapa kau berteriak? Apa ular itu sudah menggigitmu?" jalal menyahut kalau dirinya hanya merasa aneh, "apakah di Amer, ular berkeliaran sampai ke tempat tidur seperti ini?" Dengan cepat Jodha menjawab, "ya. Ular dan juga ular betina. Jadi kau harus hati-hati." jalal tersenyum dan berkata, "kasihan ular itu, di paksa pergi." Jodha menjawab, "kalau aku tak menyuruhnya pergi, dia pasti akan menggigitmu." Dengan nada menggoda, jalal berkata, "sepertinya kau ahli dalam menangkal serangan dari berbagai jenis racun. Dulu Benazir, sekarang ular ini. Kenapa?" Jodha memandang Jalal yang sedang menunggu jawaban darinya, "kau adalah tamuku. Sudah menjadi tugasku untuk menjaga dan memperhatikan keselamatan seorang tamu." Tanpa menunggu jawaban Jalal, Jodha segera membaringkan tubuhnya di ranjang. Jalal tersenyum dan nyeletuk, "kasihan, setidaknya ular itu merasa senang tidur seranjang denganku." Mendengar sindiran itu, Jodha mengangkat kepalanya dan menoleh kearah Jalal dengan tatapan galak. Lama keduanya bertatapan. Jalal kemudian tersenyum dan Jodha kembali membaringkan kepalanya di bantal.
Sinopsis Jodha Akbar episode 224. Paginya, di Agra, Hamida dan Salima mendoakan Jalal dan Jodha di dargah. Selesai berdoa, keduanya keluar dari darga. Hamida berkata pada Salima kalau dia berharap yang kuasa akan mengabulkan doa mereka. Jalal berhasil menyakinkan Jodha dan membawanya pulang ke Agra. Dan keduanya dapat bersatu kembali. Karena tanpa Jodha, istana menjadi sepi. Salima setuju dengan kata-kata Hamida, "benar ibu. Semua orang di istana sangat terikat dengan Ratu Jodha. Aku sudah menganggap dia sebagai adikku sendiri. Aku sangat merindukan dia." Hamida dan Salima kemudian membagikan sedekah pada fakir miskin. Setelah selesai, Hamida menyuruh Salima kembali ke istana, dia akan tinggal beberawa waktu lagi di tempat itu, karena dia merasa damai di sana. Salima berkata kalau dia tidak ingin meninggalkan Hamida sendirian. Tapi Hamida melarangnya dan memaksanya untuk pulang, karena rahim sendirian di istana. Akhirnya dengan berat hati, Salima pulang lebih dulu ke istana. Hamida membalikkan badan hendak melangkah pergi, saat dia melihat maham mengalungkan selendang ke kepalanya dan melangkah pergi. Hamida penasaran, dia pun mengambil selendang dan menutupkan kekepalanya lalu pergi membuntutinya.
Saat terbangun dari tidurnya, hari sudah terang. Jalal menoleh kesamping, tapi Jodha sudah tidak ada. Jalal bertanya sendiri, "di mana Ratu Jodha?" Jalal segera bangkit dari tidurnya. Seorang pelayan datang dan bertanya apakah jalal butuh sesuatu? Jalal menggeleng. Pelayan kemudian meninggalkannya. Jalal turun dari tempat tidur, menyelimuti tubuhnya dengan Sal dan berjalan keluar balkon. Tiba-tiba dia mendengar suara pedang beradu. jalal menoleh. Dia melihat Jodha sedang bertarung pedang dengan beberapa prajurit. Jalal tersenyum dan memuji kemampuan bermain pedang Jodha. jalal juga sangat senang saat melihat Jodha terlihat senang dengan apa yang dilakukannya. Jalal berkata, "saat dia tersenyum, wajahnya bersinar! Sayangnya, aku adalah alasan kenapa senyum itu hilang dari wajahnya." Seorang pelayan datang membawa obat dan akan mengoleskan ke luka jalal. Jalal menolak dan berkata kalau dirinya akan pergi menemui obatnya, yang akan membuatnya lebih cepat sembuh.
Di arena latihan, dengan gencar Jodha menyerang para pengawal, membuat mereka kuwalahan dan menjatuhkannya satu per satu. Shehnaz menyoraki Jodha. Jalal datang di arena, latihan pun terhenti. Para pelayan menatap jalal dengan heran, "coba lihat itu, Yang Mulia datang kesini!" Melihat itu, para prajurit yang berlatih dengan Jodha memberi salam dan segera pergi. jalal memberi salam pada Jodha. Jodha dengan enggan membalas salamnya. Jalal bekata, "harus ku akui, kemampuanmu sangat bagus dalam seni bertarung pedang." Di pinggir lapangan sehhnaz bertanya pada pelayan, apakah jalal datang untuk bertarung dengan Jodha? Pelayan menjawab mungkin saja, tapi diakan belum sembuh.
Jalal menatap sekeliling dan berkata pada Jodha, "pagi ini sangat indah bukan? Tidakkah kau berpikir seperti itu, ratu Jodha?" Jodha dengan wajah kaku dan suara beku berkata kalau orang yang terluka sebaiknya istirahat saja, meskipun di pagi yang indah seperti saat ini. Jalal tersenyum, "singa teluka bahkan lebih berbahaya, ratu Jodha. Kau haru percaya jika aku bisa mengalahkanmu." Jalal menujukan pedangnya dan memainkannya di depan Jodha. Jodha menyahut, "jangan berpikir karena kau terluka aku merasa kasihan padamu." Jalal tertawa menantang, "lalu kenapa kau tak mulai menyerangku?"
Tanpa menunggu lagi, Jodha segera mengayunkan pedangnya menyerang jalal dengan gencar. jalal hanya menangkis dan berlari kesana kemari menghindar. DI sela-sela pertarungan tak jarang Jalal menahan serangan Jodha dan berkomentar, "masyaallah, pukulanmu sangat kuat, ratu Jodha. Aku datang untuk berlatih denganmu, tapi kau menyerangku seperti aku ini musuhmu." Jodha dengan ketus menjawab, "lawan adalah seorang musuh dalam pertarungan apapun." Lalu pertarungan pun berlanjut. Seorang pelayan berkata kalau Jalal hanya bertahan dan tidak balas menyerang. Pelayan itu kemudian berteriak meminta Jodha berhati-hati, karena Jalal terluka. Jodha dengan geram menjawab, "kalau begitu, seharusnya dia tak datang kesini." Jalal tertawa dan berkata, "ini kesempatanmu, ratu Jodha. Kau bisa hukum aku atas apa yang telah aku lakukan. Potong leherku. Aku janji aku tak akan komplain." Jodha menjawab kalau dirinya bukan pembunuh. Keduanya saling beradu pandang. Jalal menatap dengan penuh kerinduan, sedang Jodha menatap Jalal dengan geram. Pertarunganpun berlanjut.
Sinopsis Jodha Akbar episode 224. Menawati dan raja Bharmal yang keluar dan berdiri di atas balkon terkejut melihat Jodha dan Jalal bertarung. Bharmal bertanya, "apa yang dilakukan Jodha? Tidakkah dia sadar kalau Yang Mulia terluka? Dia menyerang yang mulia seperti menyerang musuh." Menawati dengan lembut berkata, "terkadang, kami marah pada orang yang sangat kami cintai. Kumohon jangan khawatir, yang mulia memang terluka, tapi dia adalah petarung yang hebat. Dia tidak akan terluka." tapi Bharmal tetap memaksa akan mengentikan petarungan itu. Menawati menahannya dan berkata kalau ini bukan tentang bharmal dan Jalal, tapi antara suami dan istri. Jodha melakukannya karena marah dan Jalal karena merasa bersalah, "tapi rajasa, tidakkah kau percaya pada putrimu? Apa kau pikir dia akan melukai yang mulia? Jodha tidak akan melukai yang mulai. Biarkan dia melepaskan kemarahannya dan menunjukan betapa dia terluka."
Di arena, Jalal coba memecah kosentrasi Jodha dengan berkata, "kau seharusnya tidak lupa, Ratu Jodha. kalau kita berada di istana ayahmu." Sambil mengayunkan pedangnya, Jodha menyahut, "lalu kenapa?" Jalal berkata, "semua orang melihatmu bertarung denganku seperti ini. Pelayanmu, ibumu, ayahmu... semua menyaksikan ini. Kuharap mereka tidak berpikir kalau kau sedang mencoba membunuhku." Jodha terpengaruh dengan ucapan Jalal, dia menatap sekeliling dan melihat para pelayan sedang melihat kearah mereka dengan was-was, begitu pula Bharmal dan Menawati. Jalal tiak melewatkan kesempatan itu. Sekali sentak, pedang Jodha terlempar jauh. jalal dengan cepat melingkarkan tangan kirinya ke leher Jodha dan tangan kanannya menghunus pedang. Jodha menyentakan tubuhnya dan lepas dari pegangan Jalal. Jalal tersneyum dan berkata, "setidaknya, aku sudah mengalahkanmu. Aku bebaskan kau kali ini." Jodha dengan geram dan kesal berkata, "curang! kau menipu aku. kau selalu berbuat curang dalam apapun dan kapanpun. Apakah kau tahu bagaimana menang tanpa menipu?" Jalal tertawa dan menghampiri Jodha, "segalanya adil dalam cinta dan perang, ratu Jodha." tanpa menyahuti kata-kata jalal, Jodha memanggil Shehnaz dan mengajaknya pergi. Shehnaz menghampiri Jodha dan bertanya apakah dia sudah memaafkan Jalal? Jodha tak menjawab, dia hanya mengajak shehnaz pergi mengikutinya. Tapi teriakan Jalal menahan langkah Jodha, "di mana sopan santunmu Ratu Jodha? Aku sudah ampuni hidupmu tapi kau bahkan tak berterima kasih padaku." Jodha tak mengubrisnya dia tetap melangkah pergi. Jalal tersenyum sambil mendekap lukanya yang tiba-tiba terasa nyeri.... Simak kelanjutannya di sini
0 komentar:
Posting Komentar