Sinopsis Jodha Akbar episode 225. Jalal berkata kalau segalanya adil dalam cinta dan perang. Jodha menatap jalal dengan geram dan tanpa berkata apa-apa segera beranjak pergi meninggalkannya. Menawati melihat adegan itu dari balkon berkata pada Raja Bharmal, "bukankah aku sudah mengatakan padamu kalau segalanya akan baik-baik saja? Apakah kau melihat kalau Kaisar menjadi lebih sehat dalam
waktu singkat?" Raja Bharmal dengan nada prihatin berkata, "tapi Jodha, dia masih kesal." Menawati menjawab, "aku tahu. Membutuhkan waktu lama untuk mengobati patah hati. Kaisar mencoba untuk menenangkan Jodha. Berikan dia waktu. Aku yakin dia akan sukses. Kadang suami dan istri menjadi lebih dekat setelah bertengkar."
Hamida membuntuti Maham anga. Maham tiba di depan sebuah gua. Dia bertepuk tangan, seorang lelaki keluar menemuinya. Maham menyuruh lelaki itu membuka pintu gerbang. Hamida terkejut melihat tempat yang di kunjungi Maham anga. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang ingin di lakukan maham di tempat itu. Hamida bergegas pergi dari situ sebelum ada yang menyadari keberadaanya.
Sinopsis Jodha Akbar episode 225. Merasa lega setelah minum jus, Jalal menatap Jodha. Jodha membuang pandangannya. jalal menatapnya terus. Ketika Jodha menatapnya lagi, Jalal menganggukan kepalanya sebagai tanda terima kasih. Setelah menyantap makanannya jalal berkata pada bharmal, "terima kasih rajasa. Makanannya enak." Raja Bharmal mengatakan, Jalal ada di sini saat festival ganghaur, dia akan makan hidangan enak setiap hari. Jalal tersenyum. Dadisa ikut nimbrung dengan berkata, "kenapa hanya makanan? Ada lebih banyak dari itu." Jalal tidak mengerti maksud Dadisa. Dadisa menjelaskan, "yang mulia, festival ganghaur sedang berlangsung. Sebagai tradisi, kami punya permainan spesial yaitu semua wanita yang sudah menikah menutupi wajah mereka dan suami harus mengenali istrinya tanpa membuka penutup wajahnya. Kau juga harus bersiap, kalau tidak kau bisa kalah." Jodha terpana tak percaya dengan kata-kata dadisa. Menawati tersenyum. Jalal menatap Jodha dan berkata, "aku bisa mengenali Ratu Jodha bahkan dengan mata tertutup." Jodha melengos lagi. Menawati dan dadisa serta kakisa tertawa. Bharmal kemudian mengajak Jalal pergi beristirahat. Sebelum melangkah pergi, Jalal sekali lagi menatap Jodha dengan tatapan penuh harap. Tapi Jodha memalingkan wajahnya. Dengan kecewa, jalal melangkah pergi.
Setelah para pria pergi, Jodha memanggil ibunya dan memprotes dadisa yang mengundang jalal untuk datang dalam festival itu. Kata Jodha, "ibu. Kenapa nenek mengundang Yang Mulia? Aku tak mau berpartisipasi dalam permainan itu sekarang." Menawati menyahut, "ya kau benar. Kanapa harus datang? Jika kau marah dengan suamimu, kau tak perlu ikut serta. Yang mulia mungkin akan kesal, tapi inikan tentang kehormatan Jodha ku..." Mendengar larangan Menawati, Jodha berubah pikiran, "tidak ibu. Dia bukan orang jahat, dia memang membuat kesalahan, tapi itu terjadi karena keadaan. Dia tidak melukaiku dengan sengaja." Mendengar pembelaan Jodha terhadap Jalal, Menawati jadi bingung, "Jodha, aku tak mengerti apa yang kau inginkan. Aku mendukungmu. Kalau kau marah, kenapa harus datang? lagipula kau tidak akan menang." Jodha tidak terima, "apa? Dia tak sepintar itu. Kalau aku memutuskan untuk menyembunyikan diri, dia tak akan mengenali aku." Menawati menyahut, "kau bisa katakan itu pada nenek." Dadisa datang. Menawati menunjuk dadisa dan berkata, "lihat, nenek di sini." Dadisa bertanya, "ada masalah apa Mainawati?" Mainawati hendak mengadukan Jodha, tapi Jodha sudah memotong kalimat menawati dengan cepat, "tidak, bukan apa-apa, dadisa, tidak ada apa-apa." Mainawati pura-pura heran, "hei... bukankah kau baru bilang.... Baiklah. Aku ada ide, tinggallah di kamarmu, ok?" Jodha dengan tatapan menantang bekata, "kenapa? Kenapa aku harus menyembunyikan diriku? Ini festivalku. Aku akan berpartisipasi dalam permainan, memenangkannya, dan merayakannya juga." lalu dengan kesal dia meninggalkan ruang makan. Mainawati dan Dadisa tertawa senang melihat upaya mereka berhasil. Sebagai ibu, Menawati tahu, Jodha semakin di larang akan semakin menantang.
Sinopsis Jodha Akbar episode 225. Jodha muncul dengan wajah murung. Dadisa memanggil Jodha. Menawati menoleh melihat Jodha yang berjalan menghampirinya. Menawati berkata, "Johda, lihat ini, aku menyiapkan beberapa gaun untukmu. Kau akan memakainya kan?" Jodha tidak menyahut. Menawati menatap dadisa, dadisa mengangguk, "jodha, sayang. Kenapa diam saja? Katakan sesuatu! Pakailah gaun ini. Kau adalah kebanggan dari Amer dan Rajvanshi. Dan kami yakin, kau akan menjaga kehormatan kita. Semoga dewi amba selalu memberkatimu.'
Atgah sedang mengontrol pekerjaan anak buahnya ketika seorang pengawal datang memberitahunya kalau Antemad Khan ingin bertemu. Antemad adalah orang yang bertanggung jawab memasok kasim untuk para selir. Atgah bertanya-tanya apa yang dia inginkan dan menyuruhnya masuk. Antemad memberi salam pada Atgah, atgah mempersilahkan dia duduk dan menanyakan keperluannya. Anteman memberitahu Atgah tentang insiden pengiriman kasim yang salah satunya adalah Sujamal. Anteman mengatakan kalau Dilawar khan telah di rampok baju dan dokumennya. Dia sudah melaporkan kejadian itu pada maham anga. Maham kemudian menyelidikinya. Tapi maham kemudian malah mengirim Dilawar asli pergi dan membiarkan dilawar palsu bekerja di istana. Anteman mengatakan kalau dia tidak mengatakan hal ini pada orang lain takut kalau sampai berakibat buruk. Atgah mengatakan kalau apa yang di lakukan Anteman sudah tepat. Atgah melarang anteman mengatakan semua itu pada orang lain, tapi saat jalal pulang nanti dia harus melaporkan semua itu padanya. Anteman setuju.
Johda berjalan setengah berlari menuju ke kamarnya. Jalal mengejarnya. Jodha mempercepat jalannya. Jalal berlari dan memegang tangannya. Keduanya berhadapan dan saling menatap. Jalal dengan emosi bertanya, "apa salahku sekarang? Katakan padaku. Apa salahku? Aku hanya memegang tanganmu sebagai istriku. Kenapa kau menyentak tanganku dan pergi? Kau menyentakan tanganku di hadapan semua orang. Kau tak suka aku menyentuhmu atau memegang tanganmu, baiklah aku tak akan menyentuhmu. Aku bahkan tak akan meggengam tanganmu. Kau tak suka kehadiranku, bukan? tak apa aku akan pergi darimu. Aku tahu aku melakukan kesalahan. Tapi aku menyesali apa yang kulakukan. Karena itu, aku mencoba untuk menebus kesalahanku. Aku tak ingin mengatakan ini, tapi sebagai kaisar aku telah datang kebanyak tempat untuk mencarimu. Meningalkan istanaku, rakyatku, menyusuri hutan dan gurun hanya untuk meminta maafmu. Tapi kau belum siap untuk melepas keangkuhanmu. Jangan lupa ratu Jodha, semua berawal darimu. Kau menyembunyikan rahasia dariku dan membuatku salah paham. Aku bertanya padamu beberapa kali tapi kau tak mau mengatakan yang sebenarnya. Apa yang harus aku asumsikan dalam situasi seperti itu?"
0 komentar:
Posting Komentar